Jumat, 15 Juni 2012

Burung Hantu Tyto alba Terbukiti Efektif Mengendalikan Hama Tikus


Hama tikus sulit untuk dikendalikan,karena pengendalian tikus pada umumnya dilakukan petani secara individu, tidak serempak dan tidak secara bersama-sama dalam satu hamparan/wilayah. Petani dalam mengendalikan hama tikus sering terlambat, bila sudah terjadi serangan hama tikus baru dilakukan pengendalian hama tikus.

Tikus mampu beradaptasi terhadap berbagai kondisi alam lingkungan (iklim, topografi, dan vegetasi).  Tikus termasuk binatang yang sangat aktif, cerdik dan berumur relatif panjang. Habitat hidup tikus tidak menetap karena selalu berimigrasi dari suatu tempat ke tempat lain sesuai dengan ketersediaan bahan pangan.

Ketika lahan sedang bero atau pada saat pengolahan tanah, tikus akan segera berpindah ke tempat lain yang tersedia bahan pangan untuknya.  Di tempat yang baru, tikus tersebut akan segera menyesuaikan diri dan membangun tempat tinggal. Tikus membuat sarang di pematang-pematang, di semak-semak atau di pekarangan.

Perkembangan tikus secara umum mencapai puncaknya, pada saat makanan tersedia penuh, misalnya tersedianya bulir padi sampai masa panen.
  
Upaya pengendalian dengan berbagai cara harus dilakukan karena habitat tikus yang komplek. Selain itu pengendalian tikus harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.  Proses reproduksi dan sifat serangan tikus yang relatif sangat cepat, perlu upaya pengendalian dengan sistim terpadu. Dengan sistim ini diharapkan populasi tikus dapat ditekan.

Salah satu komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah pemanfaatan musuh alami dengan Burung Hantu Tyto alba. Burung predator tikus Tyto alba terbukti efektif mengendalikan hama tikus.
 
Upaya mengembangkan burung Hantu Tyto alba sebagai predator tikus, yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah, membuahkan hasil yang mengembirakan. Usaha penangkaran dan pengembangan Burung hantu tersebut dirasakan manfaatnya oleh petani di desa Tlogoweru beserta desa-desa di sekitar desa Tlogoweru.

Penangkaran dan pengembangan burung hantu sepesies Tyto alba ,  dilakukan oleh masyarakat desa Tlogoweru  sejak bulan Mei tahun 2011. Enam bulan kemudian tikus sudah terkendali, petani yang menanam jagung dan padi sekitar kawasan Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur sudah merasakan hasil dari penangkaran burung hantu Tyto alba tersebut.

Lahan pertanian di sekitar desa Tlogoweru terjaga dari serangan hama tikus. Kerusakan yang diakibatkan oleh OPT tikus di desa Tlogoweru kurang dari 10 % setelah menggunakan predator tikus ( Burung Tyto alba )  , sedangkan sebelumnya kerusakan yang di akibatkan serangan hama tikus lebih dari 25 %. Hasil panen bisa optimal. Panen jagung pada MT III 2011, panen padi pada MT I tahun 2012, panen padi pada  MT II tahun 2012 kerusakannya kurang dari 10 % . Hasil panen bisa berlimpah dan optimal.  Tidak hanya desa Tlogoweru namun desa-desa di sekitar desa Tlogoweru juga hasil panennya optimal. Begitu juga desa-desa yang lain yang ada burung Hantu Tyto alba.

Hasil pengamatan Tim Tyto alba Desa Tlogoweru, kawasan di luar desa Tlogoweru yang tidak ada burung Hantu Tyto alba kerusakannya diatas 40 % .  Pada  MT II tahun ini tanaman padi yang berada di radius lebih dari 3 Km dari desa Tlogoweru kerusakannya antara 25 % sampai 40 % , itu pun sudah menggunakan berbagai cara dan usaha untuk mengendalikan hama tikus.
 








Gambar anak-anak sedang memperhatikan Burung Tyto alba , burung hantu pemangsa tikus. Lokasi di Alun-alon Masjid Agung Demak.

Gambar jagung yang utuh tidak dimakan tikus. Panen jagung yang berlimpah, hasil panennya memuaskan. Petani Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur Kabupaten Demak penghasilannya meningkat

Burung Tyto alba javanica yang berasal dari Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur Kabupaten Demak  Provinsi Jawa Tengah dilepas di Lampung dalam acara jambore temu tehnis dan temu karya penyuluh tingkat nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar