Minggu, 19 Januari 2014

PENGELOLAAN AIR PADA SAWAH IRIGASI DATARAN RENDAH


PENGELOLAAN AIR PADA SAWAH IRIGASI DATARAN RENDAH
oleh
 Ramadhani Kurnia Adhi, SP., MS.
Widyaiswara Muda

Padi budidaya (Oryza sativa) adalah rumput tahunan yang berkembang dari nenek moyang semi-akuatik. Untuk menjamin air yang cukup, kebanyakan petani padi menginginkan untuk memelihara lahan mereka tetap pada kondisi tergenang. Padi dataran rendah ditanam di lahan tertutup (sawah) yang secara terus menerus digenangi dari mulai tanam sampai dekat dengan panen.
Karena banjir alaminya, lahan sawah dataran rendah membutuhkan air yang rendah. Di seluruh dunia, ada sekitar 133 juta ha padi dataran rendah yang dipanen, dimana 79 juta ha diperlengkapi dengan fasilitas irigasi. Estimasi penggunaan air (oleh evapotranspirasi) semua lahan sawah yang panen di dunia sekitar 859 km3 per tahun. Rata-rata sebanyak 1.432 liter air yang dievapotranspirasi untuk menghasilkan 1 kg padi kasar. Padi irigasi menerima sekitar 34-43% keseluruhan air irigasi dunia, atau sekitar 24-30% seluruh sumberdaya air segar yang tersedia dunia.
Di seluruh dunia, air untuk pertanian mulai terjadi kelangkaan. Karena nenek moyang semi-akuatiknya, padi sangat sensitif terhadap kekurangan air. Ketika kandungan air tanah turun di bawah titik jenuh, kebanyakan varietas padi menampakkan gejala stress air. Praktek pengelolaan air dengan pengukuran diperlukan untuk menggunakan air secara bijak dan memaksimalkan hasil padi. 

Keseimbangan air pada padi dataran rendah
Karena banjir alami padi dataran rendah, keseimbangan dan prodiktivitas airnya berbeda dari serealia lain seperti gandum dan jagung. Masukan air ke lahan sawah dataran rendah diperlukan untuk menyesuaikan keluarnya air oleh rembesan, perkolasi, penguapan dan pernafasan. Rembesan merupakan aliran air sub permukaan lateral dan perkolasi merupakan aliran air ke bawah di bawah daerah perakaran. Nilai kombinasi untuk rembesan dan perkolasi bervariasi dari 1-5 mm d-1 pada tanah liat berat, sampai 25-30 mm d-1 pada tanah berpasir lempung berpasir. Evaporasi terjadi dari lapisan air kolam dan transpirasi adalah air yang hilang dari daun tanaman. Tingkat evapotranspirasi kombinasi khas lahan sawah adalah 4-5 mm d-1 pada musim basah dan 6-7 mm d-1 pada musim kering, tetapi dapat mencapai 10-11 mm d-1 pada wilayah subtropics sebelum permulaan musim hujan. Keseluruhan input air ke lahan sawah (hujan tambah irigasi) bervariasi dari  400 mm pada tanah liat berat dengan muka air tanah dangkal dan lebih dari 2000 mm pada tanah bertekstur kasar (berpasir atau berlempung) dengan muka air tanah dalam. Sekitar 1300-1500 mm nilai khas untuk padi Irigasi di Asia. Aliran air keluar oleh rembesan dan perkolasi dihitung sekitar 25-50% keseluruhan masukan air pada tanah berat dengan permukaan air dangkal dengan kedalaman 20-50 cm dan 50-58% pada tanah bertekstur kasar dengan permukaan air dalam sekitar 150 cm atau lebih.


Pengelolaan air terukur
Pengelolaan air yang baik di padi dataran rendah difokuskan pada praktek yang mengkonservasi air (dengan mengurangi aliran air tak produktif seperti rembesan, perkolasi dan evaporasi) sambil memastikan air yang cukup bagi tanaman. Pada bab berikut, praktek pengelolaan air diberikan untuk periode siklus tanaman yang berbeda dari aktivitas pra tanam sampai tahap pemasakan. Diasumsikan bahwa petani mempunyai akses terhadap irigasi yang cukup untuk merawat kondisi penggenangan. 

> Pra tanam
Jumlah air yang digunakan untuk persiapan lahan basah untuk padi dataran rendah mencapai 100-150 mm tetapi dapat mencapai 900 mm dalam sistem irigasi skala besar dengan periode persiapan lahan yang panjang. Pilihan yang beragam tersedia untuk meminimalkan jumlah air yang digunakan pada periode pra tanam. Persiapan lahan merupakan dasar untuk keseluruhan musim pertanaman dan ini penting pada situasi apapun untuk “mendapatkan dasar yang benar” untuk pengelolaan air yang baik setelahnya. Hal yang penting untuk pengelolaan air yang baik khususnya adalah saluran lahan, perataan lahan, operasi meladang (mengolah, persiapan pematang dan perawatan).

- Saluran lahan untuk mengelola air
Pada banyak sistem irigasi, tidak ada saluran lahan (atau irigasi tersier atau saluran draianse) dan air mengalir dari satu lahan ke yang lain melalui lubang pada pematang. Ini disebut irigasi “plot-to-plot”. Jumlah air yang mengalir masuk dan keluar lahan sawah tidak dapat diatur dan pengelolaan air spesifik lahan tidak memungkinkan. Ini berarti petani tidak dapat mengeringkan lahan mereka karena air terus mengalir dari lahan lain. Juga, mereka tidak dapat memperoleh air mengalir jika petani di bagian atas menahan air di lahan mereka atau membuat lahan mereka kering untuk menyiapkan panen. Lebih lagi, sejumlah teknologi untuk menanggulangi kelangkaan air membutuhkan pengaturan air yang baik untuk lahan individual. Akhirnya, air yang secara kontinyu mengalir melalui lahan sawah dapat menghilangkan hara (pupuk) yang bernilai.
Membangun saluran terpisah untuk membawa air ke (irigasi) dan dari (drainase) masing-masing lahan sangat meningkatkan pengendalian air individu, dan merupakan praktek yang direkomendasikan pada berbagai tipe sistem irigasi. Sebagai alternatif, jika saluran lahan tidak dapat dibangun untuk lahan individual, mereka harus membangun untuk melayani sejumlah lahan terbatas secara bersama-sama.

Mengolah lahan secara dangkal/membajak tanah retak
Sejumlah besar air dapat hilang selama perendaman awal untuk mengolah ketika retakan luas dan dalam hadir yang menyokong aliran bypass secara cepat ke bawah daerah perakaran. Penambahan pengolahan secara dangkal untuk mengisi retakan sebelum rendaman dapat banyak mengurangi jumlah air yang digunakan pada persiapan lahan basah.

Mengolah dengan seksama
Lahan sawah dapat dibandingkan dengan bak mandi: bahan bak mandi tidak dapat terpisahkan dan ini mengikat air dengan baik-bagaimanapun, anda hanya perlu untuk mendapatkan satu lubang (dengan memindahkan sumbat) dan air keluar dengan segera. Lahan sawah hanya membutuhkan sedikit lubang tikus atau titik-titk kebocoran dan mereka akan segera kehilangan air dengan rembesan dan perkolasi. Pengolahan yang seksama menghasilkan tapak bajak yang rapi dan bagus yang mengurangi tingkat perkolasi selama periode pertumbuhan tanaman. Keefektifan pengolahan dalam mengurangi perkolasi sangat tergantung pada properti tanah. Pengolahan tidak efektif pada tanah yang kasar, yang tidak memiliki cukup partisi liat yang bagus untuk berpindah ke bawah dan mengisi retakan dan pori-pori di tapak bajak. Di lain pihak pengolahan sangat efisien pada tanah liat yang membentuk retakan selama masa kosong yang menembus lapisan bajak. Meskipun pengolahan mengurangi tingkat perkolasi tanah, kegiatan pengolahan itu sendiri banyak mengkonsumsi air, dan ada imbuhan antara jumlah air yang digunakan untuk pengolahan dan jumlah air “yang disimpan” selama periode pertumbuhan tanaman dengan permeabilitas vertikal rendah atau drainase internal terbatas. Pada beberapa tanam, penanaman benih langsung pada lahan yang tidak diolah tetapi diolah pada status kering mungkin sangat baik dengan kehilangan perkolasi minimal.

Perataan lahan
Lahan yang diratakan dengan baik merupakan prasyarat untuk pengelolaan air yang baik. Ketika lahan tidak rata, air dapat menggenang di bagian rendah dimana bagian yang lebih atas dapat kekeringan. Ini menghasilkan munculnya tanaman yang tidak rata dan pertumbuhan awal yang tidak rata, distribusi pupuk yang tidak rata, dan mungkin masalah gulma yang lebih.

Persiapan pematang dan perawatan
Pematang yang baik merupakan prasyarat untuk membatasi kehilangan air oleh rembesan dan aliran bawah pematang. Untuk membatasi kehilangan rembesan, pematang harus dipadatkan dengan baik dan segala retakan dan lubang tikus harus ditutup dengan lumpur pada awal musim tanam. Buat pematang cukup tinggi (sekitar 20 cm) untuk mencegah luapan di atas pematang ketika hujan deras. Tanggul yang kecil dengan tinggi sekitar 5-10 cm  pada pematang dapat digunakan untuk menjaga kedalaman air kolam pada ketinggian tersebut. Jika lebih air perlu disimpan, ini relatif mudah untuk menutup tanggul ini. Peneliti menggunakan lembaran plastik pada pematang di lahan percobaan untuk mengurangi kehilangan rembesan. Meskipun beberapa pengukuran mungkin secara finansial tidak menarik bagi petani, penulis telah mendatangi petani di delta Mekong di Vietnam yang menggunakan lembaran plastik tua untuk menghalangi rembesan melalui bagian yang sangat bocor pada pematangnya.



Irigasi Persemaian 
Kebanyakan padi dataran rendah ditanam dengan memindahkan tanaman padi persemaian ke lahan utama. Pada sistem irigasi skala besar, persemaian sering ditemukan di sudut lahan petani terserak di sepanjang wilayah. Jika tidak ada saluran lahan untuk mengairi persemaian secara terpisah, keseluruhan lahan tergenangi ketika tanaman padi tumbuh pada persemaian. Semua air yang hilang dari lahan utama melalui evaporasi, rembesan, dan perkolasi, merupakan kehilangan yang boros karena belum ada tanaman yang tumbuh di lahan. Salah satu cara yang menolong adalah membangun saluran lahan untuk membawa air hanya ke persemaian sehingga lahan utama hanya perlu direndam dan diolah beberapa hari sebelum penanaman (3-4 hari). Persemaian paling baik ditempatkan dekat dengan saluran utama jadi sedikit air yang hilang dengan pengaliran air yang jauh melalui saluran lahan. Persemaian yang terkumpul mungkin merupakan pilihan untuk memusatkan penumbuhan bibit pada satu tempat untuk menggunakan air irigasi secara paling efisien. Di beberapa wilayah, perusahaan pribadi menghasilkan bibit dimana petani dapat membeli jadi mereka menghemat air irigasi mereka.

- Tanam benih langsung pada lahan basah
Jika irigasi plot-to-plot praktis dan tidak ada peluang untuk membangun saluran lahan untuk mengairi persemaian, tanam benih langsung basah mungkin sebuah pilihan untuk mengurangi penggunaan air di periode persiapan lahan pada sistem irigasi skala luas. Daripada merawat lahan kosong tergenang yang kosong ketika tanaman tumbuh di persemaian, benih yang berkecambah ditanam pada tanah yang diolah hanya beberapa hari setelah pengolahan dan perataan. Dengan tanam benih langsung, tanaman mulai tumbuh dan menggunakan air dari saat pertumbuhan dan selanjutnya. Keseluruhan musim penumbuhan (dari penaburan sampai panen) juga lebih pendek pada tanam benih langsung daripada sistem tanam pindah karena tidak ada periode kejutan pemindahan. Tanam benih kering juga dapat meningkatkan penggunaan efektif air hujan melalui penamaman lebih awal dan karena itu mengurangi keperluan pengairan. Bagaimanapun, ketika persemaian dapat dipisahkan irigasinya dari lahan utama, sistem tanam pindah akan membutuhkan lebih sedikit air daripada tanam benih langsung karena keseluruhan durasi tanaman pada lahan utama lebih pendek (dan karena itu, lebih sedikit air diperlukan yang disalurkan ke lahan utama).

- Tanam benih langsung pada lahan kering 
Sejumlah besar air (20-40% keseluruhan penggunaan air) dipakai selama persiapan lahan basah untuk pengolahan, pemindahan tanaman atau tanam benih basah. Petani dapat mengurangi penggunaan air dengan beralih dari pengolahan lahan ke persiapan tanpa olah tanah pada sistem tanam benih langsung kering. Persiapan lahan kering tidak membutuhkan sejumlah besar air irigasi karena tidak membutuhkan pembanjiran lahan. Dengan tanam benih langsung, tanaman mulai tumbuh dan menggunakan air dari saat pertumbuhan dan selanjutnya. Tanam benih kering juga dapat meningkatkan penggunaan air hujan secara efektif melalui penanaman lebih awal dan karena itu mengurangi keperluan pengairan. Bagaimanapun, tanam benih kering dengan penggenangan setelahnya hanya mungkin pada tanah liat berat dengan permeabilitas rendah dan miskin akan drainase internal yang tidak membutuhkan pengolahan yang panjang untuk membuat lapisan impermeabel. 

- Sinkronisasi persiapan lahan 
Meminimalkan waktu kembali antara pembanjiran lahan untuk persiapan lahan basah dan pindah tanam mengurangi periode bahwa tidak ada tanaman dan karena itu aliran air keluar dari lahan (oleh penguapan, rembesan, dan perkolasi) tidak berkonstribusi pada produksi. Khusus pada sistem irigasi skala luas dengan irigasi plot-to-plot, kehilangan air selama waktu kembali dapat sangat tinggi dimana seluruh wilayah terbanjiri untuk menyediakan air ke persemaian kecil yang tersebar di seluruh area. Operasi yang sinkron, dan sebagai akibatnya pengurangan persiapan lahan oleh kerena itu dapat mengurangi penggunaan air. Juga pada sistem tabur benih langsung, pengiriman air secara sinkron mengurangi kehilangan operasi pada saluran.

> Tahap vegetatif awal
Setelah pembentukan tanaman, pembuatan kolam air secara kontinyu secara umum menyediakan lingkungan pertumbuhan terbaik untuk padi dan akan menghasilkan hasil tertinggi. Pembanjiran juga membantu dalam menekan pertumbuhan gulma, meningkatkan efisiensi penggunaan nitrogen dan pada beberapa lingkungan, membantu dalam melindungi tanaman dari fluktuasi suhu. Setelah pindah tanam, ketinggian air harus sekitar 3 cm pada awalnya, dan secara berangsur-angsur meningkat menjadi 5-10 cm dengan meningkatnya tinggi tanaman. Dengan tanam benih langsung basah, tanah harus dijaga tetap jenuh dari penaburan sampai 10 hari setelah pemunculan, dan kemudian kedalaman air kolam harus secara berangsur-angsur meningkat dengan meningkatnya tinggi tanaman. Dengan tanam benih langsung kering, tanah harus lembab tetapi tidak jenuh dari tabur sampai muncul, yang lain benih mengakar pada tanah. Setelah penaburan, aplikasikan pengairan yang banyak jika tidak ada hujan untuk membasahi tanah. Jenuhkan tanah ketika tanaman telah membentuk 3 daun, dan secara berangsur-angsur tingkatkan kedalaman air kolam dengan meningkatnya tinggi tanaman.
Di bawah kondisi yang pasti, membiarkan tanah kering selama beberapa hari sebelum dibanjiri kembali dapat bermanfaat. Pada tanah yang pasti tinggi bahan organiknya, kandungan racun dapat terbentuk selama pembanjiran yang dapat dihilangkan melalui pengeringan tanah sesaat. Pengeringan sesaat mendorong pertumbuhan akar yang dapat menolong tanaman menahan lebih baik pada kasus angin kuat selanjutnya pada musim tersebut. Pengeringan tanah sesaat juga dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit secara pasti yang membutuhkan ketersediaan air untuk penyebaran dan bertahan hidup mereka, seperti keong mas. Di Cina dan Jepang, petani sering melakukan periode pengeringan 7-10 hari di tengah musim (selama tanah dibiarkan mengering) selama tahap pertumbuhan aktif. Praktek ini seharusnya dapat mengurangi jumlah kelebihan dan anakan yang tidak produktif, tetapi keuntungan ini tidak selalu ditemukan. Pengeringan tanah sesaat juga digunakan pada Sistem of Rice Intensification (SRI) dan ini diusulkan untuk memimpin meningkatkan kesehatan tanah. Penelitian yang lain, menunjukkan bahwa tanah tak terbanjiri mendorong kejadian hama tanah seperti nematoda. Petani yang ingin meneliti dengan pengeringan tanah sesaat dapat menggunakan praktek basah dan kering secara bergantian yang aman sebagai titik awal.


> Tahap reproduktif 
Padi dataran rendah secara ekstrim sensitif terhadap kekurangan air pada tahap pembungaan, dan efek kekeringan terjadi ketika kandungan air tanah menurun di bawah titik jenuh. Kekeringan pada tahap pembungaan menyebabkan meningkatnya sterilitas bunga, menurunkan persentase pengisian biji, dan dengan demikian mengurangi jumlah bulir per malai dan menurunkan hasil. Jaga tinggi air di lahan pada 5 cm selama tahap ini.

> Tahap pemasakan
Periode ini tidak memerlukan pembanjiran. Tanah yang 80-90% jenuh sudah mencukupi. Bagaimanapun, untuk operasi yang mudah, menjaga lahan tergenang mungkin masih merupakan pendekatan pengelolaan yang paling mudah. Mengeringkan lahan 10-15 hari sebelum hari panen yang ditentukan mempercepat kedewasaan dan pemasakan bulir, mencegah kelebihan penyerapan nitrogen, dan membuat lahan lebih baik diakses (karena ini lebih kering) untuk operasi panen.

Penanggulangan kelangkaan air 
Diseluruh dunia, air untuk pertanian terus meningkat kelangkaannya. Meskipun tidak ada inventaris, definisi atau perhitungan yang sistematik, kelangkaan air pada wilayah pertumbuhan padi, diestimasi bahwa pada tahun 2025, 15-20 juta ha sawah irigasi akan menderita akibat kelangkaan air. Alasan kelangkaan air bermacam-macam dan spesifik lokasi, termasuk menurunnya sumberdaya (contohnya, turunnya muka air tanah, endapan pada saluran), turunnya kualitas (contoh, polusi kimia, salinitas), malfunsi sistem irigasi, dan meningkatnya kompetisi dari sektor lain seperti pengguna perkkotaan dan industri. Konsekuensi dari kelangkaan air adalah air tidak selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat untuk merealisasikan praktek pengelolaan terbaik untuk air (yang secara mendasar, pembanjiran secara kontinyu pada lahan dengan ketinggian 2-5 cm kedalaman air). Pilihan yang tepat tersedia untuk membantu petani menanggulangi tingkat dan bentuk yang berbeda dari kelangkaan air. Ini dimulai dengan praktek terukur selama persiapan lahan dan aktivitas pra tanam. Selama pertumbuhan tanaman, ada teknik seperti budidaya pada tanah jenuh, pembasahan dan pengeringan secara bergantian, meninggikan bedengan, pemulsaan, dan padi aerobik dan sedang dikembangkan. Manual lengkap dalam mengelola kelangkaan air pada produksi padi dapat diunduh melalui: http://www.knowledgebank.irri.org/watermanagement/references/water%20management_1.pdf

> Budidaya pada tanah jenuh (Saturated soil culture (SSC))
Pada budidaya pada tanah jenuh (saturated soil culture (SSC)), tanah dijaga sejenuh mungkin, dimana dapat menurunkan aliran rembesan dan perkolasi. Meskipun secara pengukuran konsep, SSC akan sulit dipraktekkan karena ini membutuhkan aplikasi yang sering (harian atau sekali tiap dua hari) sejumlah kecil air irigasi hanya untuk menjaga kedalaman air sekitar 1 cm. SSC dalam praktek berarti irigasi dangkal diberikan untuk  mendapatkan air kolam sekitar 1 cm sehari atau berikutnya setelah 0% sampai 5% hilangnya air kolam. Penghematan air tercatat dengan SSC beragam dari 5 sampai 50% tergantung pada tipe tanah dan kedalaman muka air tanah) dengan kehilangan hasil 5-10%. Bedengan tinggi merupakan langkah efektif untuk menjaga air sekitar penjenuhan. Tanaman padi ditumbuhkan pada bedengan dan air di alur dijaga dekat dengan permukaan bedengan (pada percobaan menggunakan sistem 34%,-Australia, penghematan air 34% dan kehilangan hasil 16% dibandingkan dengan pagi tergenang).

> Pembasahan dan pengeringan secara bergantian 
Pada pembasahan dan pengeringan secara bergantian (alternate wetting and drying (AWD)), air irigasi diaplikasikan untuk mendapatkan kondisi banjir setelah jumlah hari yang pasti telah melewati hilangnya air kolam. AWD juga disebut “irigasi intermiten” atau “irigasi terkontrol”. Jumlah hari tanah yang tidak terbanjiri pada AWD sebelum irigasi dilakukan dapat bervariasi dari 1 sampai lebih dari 10 hari. Jalan praktis untuk mengimplementasi AWD adalah untuk memonitor kedalaman muka air tanah pada lahan menggunakan “tabung air lahan” berlubang sederhana. Setelah aplikasi irigasi, kedalaman air tanah akan secara berangsur-angsur berkurang seiring waktu. Ketika tinggi air (yang diukur pada tabung) 15 cm di bawah permukaan tanah, ini merupakan waktu untuk mengairi dan membanjiri tanah dengan kedalaman sekitar 5 cm. Sekitar pembungaan, dari 1 minggu sebelum sampai 1 minggu sesudah puncak pembungaan, air kolam harus dijaga pada kedalaman 5 cm untuk mencegah berbagai stress air yang akan menyebabkan kehilangan hasil potensial. Ambang batas 15 cm disebut “AWD yang aman” yang tidak akan menyebabkan berbagai hasil menurun sejak akar tanaman padi akan masih mampu untuk menyerap air dari tanah jenuh dan air yang bertempat pada wilayah perakaran. Tabung air lahan menolong petani melihat air sumber yang “tak terlihat”. Pada AWD yang aman, penghematan air mungkin relatif kecil, di sekitar 15%, tetapi tidak ada penalti hasil. Setelah membuat kepercayaan bahwa AWD yang aman tidak mengurangi hasil, petani boleh mencoba dengan mengurangi tingkat ambang batas untuk irigasi dari 20, 25, 30 cm, atau bahkan lebih dalam. Beberapa penalti hasil mungkin diterima ketika harga air tinggi atau ketika air sangat langka.

> Pemulsaan 
Berbagai metode pemulsaan sedang diteliti dengan sistem padi tidak digenangi, dan telah tampak mengurangi penguapan sebaik kehilangan perkolasi ketika mempertahankan hasil yang tinggi. Di wilayah berbukit di Shiyan, Provinsi Hubei, China, petani mengadopsi penggunaan lembaran plastik untuk menutupi lahan sawah dimana tanah dijaga di bawah titik jenuh. Subsidi pemerintah lokal dan secara aktif mempromosikan penggunaan lembaran plastik ini, dan pada tahun 2006, ada sekitar 6000 ha petani adopter. Keuntungan yang dinyatakan adalah: pada tahap pertumbuhan awal tiga minggu pertama (padi ditumbuhkan pada awal musim semi ketika suhu masih rendah, dan lembaran plastik meningkatkan suhu tanah), hasil yang lebih tinggi, pertumbuhan gulma yang lebih sedikit, dan lebih sedikit penggunaan air (penting selama musim kering). Bagaimanapun, penelitian kecil telah dilakukan untuk memastikan keuntungan tersebut. Plastik yang tertinggal setelah panen dapat menyebabkan degradasi lingkungan jika tidak ditangani dengan baik.


> Bedengan tinggi
Pada sistem bedengan tinggi, padi ditumbuhkan pada bedengan yang dipisahkan oleh galur-galur dimana air irigasi mengalir. Pada rekayasa irigasi, sistem bedengan tinggi dapat dibandingkan dengan “irigasi galur”. Irigasi dilakukan secara sebentar-sebentar dan tanah bedengan dominan pada kondisi aerobik; karena itu sistem ini dapat dipertimbangkan sebagai sistem padi aerobik (ini berbeda dari penggunaan bedengan pada tanah berat untuk merawat kondisi tanah yang lembab). Secara umum, irigasi galur lebih efisien air daripada pembanjiran singkat, dan irigasi galur harus menjaga ketentuan untuk padi aerobik. Ukuran yang lebih dulu dapat beragam, bedengan biasanya sekitar 35 cm lebarnya, dipisahkan oleh galur selebar 30 cm dengan dalam 25 cm. padi dapat dipindahkan atau ditanam secara langsung pada bedengan. Sampai saat ini, sistem bedengan tinggi telah banyak diuji pada varietas padi dataran rendah yang ada, dan keuntungan hasil mungkin diharapkan ketika varietas aerobik yang cocok dikembangkan/digunakan. Peralatan yang ditarik traktor telah dikembangkan dapat membentuk bedengan dan menanam benih (kadang-kadang bersama dengan pupuk) dalam satu operasi.
Diantara keuntungan potensial bedengan tinggi yaitu meningkatkan efisiensi penggunaan air dan unsur hara, memperbaiki pengelolaan air, hasil lebih tinggi, dan – ketika operasi secara mekanisasi – mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan dan memperbaiki praktek penaburan benih dan penyiangan gulma. Bagaimanapun, bedengan tinggi untuk padi masih pada tahap percobaan dan sejumlah masalah masih perlu diatasi, seperti resiko defisiensi besi, serangan gulma, kedalaman menabur yang tepat, dan nematoda. Ada banyak laporan penghematan air irigasi secara mendasar dengan padi pada bedengan dibandingkan dengan padi pindah tanam pada tanah yang diolah dan digenangi secara kontinyu. Bagamanapun studi yang lain menyarankan bahwa penjadwalan irigasi yang sama digunakan, penggunaan air irigasi padi yang dipindahkan dan diolah secara datar itu sama, atau bahkan lebih tinggi pada bedengan karena tingkat perkolasi yang lebih tinggi pada galur yang tidak diolah dan durasi yang lebih lama dari padi yang ditanam secara langsung.

> Padi aerobik
Padi aerobik adalah sistem produksi dimana khususnya mengembangkan varietas “padi aerobik” yang ditumbuhkan pada tanah kering, tidak diolah, dan tidak jenuh. Dengan pengelolaan yang tepat, sistem tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil paling tidak 4-6 ton per ha. Dibandingkan dengan padi dataran rendah tergenang, padi aerobik membutuhkan lebih sedikit 30-50% air. Padi aerobik dapat ditemukan, atau dapat sebagai teknologi yang cocok, pada wilayah berikut:
1.   Dataran tinggi yang baik”: wilayah dimana lahan datar, dimana air hujan dengan atau tanpa irigasi tambahan cukup untuk membawa kandungan air tanah secara sering dekat dengan kapasitas lapang, dan dimana petani mempunyai akses ke masukan eksternal seperti pupuk.
2.   Lahan pada lereng yang lebih atas atau teras berombak pada dataran rendah tadah hujan. Hampir sering tanah pada wilayah ini relatif bertekstur kasar dan dikeringkandengan baik, jadi penggenangan dengan air terjadi hanya sebentar atau tidak sama sekali selama musim pertumbuhan.
3.   Irigasi air-pendek dataran rendah: wilayah dimana petani tidak mempunyai akses ke air yang cukup lagi untuk menjaga lahan sawah tergenang pada periode waktu yang penting.
Metode pengembangan yang biasa dilakukan adalah tanam benih langsung kering. Padi aerobik juga membolehkan praktek pertanian konservasi seperti yang digunakan pada tanaman dataran tinggi, seperti pelulsaan dan pengolahan tanah minimal. Padi aerobik dapat dengan air hujan atau dengan irigasi. Irigasi dapat diaplikasikan melalui penggenngan secara singkat, irigasi galur 9atau bedengan tinggi), atau sprinkel. Tidak seperti padi tergenang, irigasi-ketika diaplikasikan-tidak digunakan untuk menggenangi tanah tetapi hanya membawa kandungan air tanah pada zona perakaran naik ke kapasitas lapang. Pengelolaan hara spesifik lokasi (SSNM; www.irri.org/irrc/ssnm) dapat digunakan untuk menentukan pengelolaan optimal pupuk. Pada ketiadaan SSNM, 70-90 kg N ha-1 dapat berguna sebagai titik awal mendapatkan hasil 4-6 t ha-1. Pemupukan pertama dapat diberikan 10-12 hari setelah penanaman, pemupukan kedua pada anakan aktif, dan ketiga pada inisiasi malai. Aplikasi pupuk P dapat lebih kritis daripada untuk padi tergenang.
Lahan sawah yang tidak permanen tergenang cenderung mengalami pertumbuhan gulma yang lebih dan lebih banyak spesies gulma. Penggunaan herbisida yang cocok, ditambah penyiangan manual atau mekanik pada fase awal pertumbuhan tanaman, diperlukan untuk mengontrol gulma. Hama dan penyakit tular tanah seperti nematoda, kumbang akar, dan jamur dikenal lebih banyak terjadi pada padi aerobik daripada padi tergenang, khususnya pada daerah tropis. Direkomendasikan menumbuhkan padi aerobik dirotasikan dengan tanaman dataran tinggi yang cocok pada wilayah tersebut.
Padi aerobik secara luas dikembangkan di China bagian utara dan Brazil sedangkan fase percobaan di Asia tropis. Informasi lebih lanjut mengenai padi aerobik dapat didapatkan pada http://www.irri.org/Aerobic_Rice.

Diterjemahkan dari judul asli Water management in irrigated lowland rice yang  dipublikasikan pada www.knowledgebank.irri.org International Rice Research Institute diunduh tahun 2011