Selasa, 04 Desember 2012

Penerapan Tehnologi Pengendalian Hama Tikus dengan Burung Pemangsa Tikus.

Tehnologi pengendalian hama tikus dengan pemanfaatan burung pemangsa tikus ( Burung Tyto alba ), sudah diterapkan oleh beberapa kelompok tani yang ada di Desa Tlogoweru kecamatan Guntur Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah.salah satu diantaranya Kelompok Tani Tulodo makaryo yang di ketuai oleh Bapak Pujoarto.
Disamping menjadi ketua kelompok tani pak Pujo panggilan akrapnya, beliau menjadi ketua pengembangan Tyto alba. Berkat kerjasama tim tyto alba dan dukungan masyarakat Desa Tlogoweru, masyarakat Desa Tlogoweru berhasil mengembangkan burung pemangsa tikus Tyto alba.
Keberhasilan Desa Tlogoweru dalam mengendalikan hama tikus dengan inovasi penerapan tehnologi ini menjadikan desa tlogoweru layak menjadi desa inovasi.

Senin, 03 Desember 2012

Kearifan Lokal Desa Tlogoweru Mengantarkan Sutejo pada Temu Nasional PNPM Mandiri 2012


Upaya pelestarian burung pemangsa tikus species Tyto alba dilestarikan di desa kami, Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah. Upaya pelestarian ini dilakukan karena hama tikus kian hari kian meningkat kerusakannya. Hingga pada tahun 2011, awal bulan April 2011 desa kami Desa Tlogoweru belajar mengenai burung pemangsa tikus di Ngrambe Kab.Ngawi Jawa Timur. Setelah belajar dari sana  Kepala Desa Tlogoweru Sutejo membentuk tim komonitas pelestari burung Tyto alba.

Upaya pelestarian dengan kearifan lokal melalui Peraturan Desa Tlogoweru No 4 tahun 2011 tentang : Burung Predator Tikus (Tyto alba ) , berdampak positif terhadap banyak sektor. Pelestarian Burung Pemangsa Tikus (Tyto alba ) yang dilakukan masyarakat Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur Kabupaten Demak , sebagai upaya mengentaskan kemiskinan. Dampak positif di sektor ekonomi adalah meningkatnya hasil produksi pertanian , sehingga meningkat pula penghasilan masyarakat Desa Tlogoweru. Dengan meningkatnya hasil pertanian, penghasilanya pun meningkat pula. Penghasilan petani meningkat daya beli masyarakat pun juga meningkat, sehingga ber-ekses pula ke-bidang usaha. Usaha kerakyatan yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi kini meningkat.

Dengan kearifan lokal yang dibuat oleh masyarakat Desa Tlogoweru, melalui Perdes Tlogoweru No 4 tahun 2011 tentang Burung predator Tikus ( Tyto alba ), sebagai upaya mengentaskan kemiskinan , Kepala Desa Tlogoweru Sutejo diundang oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia , untuk memberikan paparan dalam acara Temu Nasional PNPM Mandiri Pada tanggal 4-5 Desember 2012. Di Jakarta Hotel Crowne Plasa.



Kamis, 26 Juli 2012

Penangkaran dan Pengembangan Tyto alba di Tlogoweru




Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, menangkarkan dan mengembangkan burung predator tikus spesies Tyto alba. Penduduk Desa Tlogoweru 90 % bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani. Oleh karenanya prioritas pembangunan di Desa Tlogoweru dititik beratkan pada bidang pertanian perikanan dan peternakan. Sebagai upaya dalam peningkatan pendapatan penduduk di Desa Tlogoweru.
Hama tikus sulit sekali dikendalikan karena kurang serempaknya dalam pengendalian hama tikus. Upaya -upaya pengendalian tikus di Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah sudah dilakukan oleh masyarakat  sejak tahun 1963. Desa Tlogoweru daerah endemis tikus. Upaya-upaya yang sudah dilakukan diantaranya:
- Gerakan gotong royong gropyokan tikus dengan cara pembongkaran sarang tikus.
- Gerakan gropyokan tikus dengan alat jaring tikus.
- Perburuan dan penembakan tikus dengan senapan angin.
- Menggunakan umpan yang beracun.
- Menggunakan jebakan tikus.
-penggomposan dengan menggunakan belerang.
- Sanitasi pembersihan gulma / rumput liar.
- Rekayasa genetika dengan memberi unpan ketela yang digodog dengan air kelapa, agar tikus yang makan umpan tersebut mandul.
- Kebijakan Kepala Desa Tlogoweru dengan peraturan desa yang mewajibkan setiap kepala keluarga setor buntut tikus. Tiap tahun  dua kali , setiap kepala keluarga wajib setor buntut tikus 50- 300 ekor buntut tikus.

Upaya tersebut di atas sudah dilakukan namun masih saja terjadi kerusakan yang diakibatkan serangan hama tikus.Kerusakannya antara 20% s/d 30 % pada komoditas padi, sedang komoditas lainnya lebih dari 30 %.




 Kini Pemerintah Desa Tlogoweru beserta masyarakat Desa Tlogoweru mengendalikan tikus dengan burung predator tikus ( Tyto alba ). PPAH ( Pusat Pengembangan Agensia Hayati ) Tyto alba di Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur Kabupaten Demak dibentuk oleh Kepala Desa Tlogoweru bekerja sama dengan fihak swasta. PPAH Tyto alba Desa Tlogoweru kecamatan Guntur Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah, menangkarkan dan mengembangkan Burung predator tikus spesies Tyto alba.



Sabtu, 16 Juni 2012

Peranan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Dalam Perlindungan Tanaman

 

 

Oleh : Asri Maria Widiastuti, SP.
Calon POPT
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya


I. Latar Belakang
      Tanah merupakan tempat kehidupan mikroorganisme yang secara makro menguntungkan bagi mahkluk hidup lainnya, termasuk manusia. Mikroorganisme yang menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri, fungi, alga, dan protozoa. Jumlah dan jenis mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan waktu yang seefisien mungkin dalam kegiatan pertanian maka diwujudkanlah hal tersebut dengan penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian berlangsung. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, baik ditempat pemberian pupuk maupun di lokasi akumulasi bahan kimia tersebut. Penggunaan pestisida sintetis pada pertanian merupakan dilema, di satu sisi sangat dibutuhkan dalam rangka penyediaan pangan, di sisi lain tanpa disadari mengakibatkan berbagai dampak       negatif, baik terhadap manusia, hewan mikroba maupun lingkungan.
   Meningkatnya kesadaran manusia terhadap terjadinya kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh aktivitas pertanian telah mendorong timbulnya paradigma baru dalam sistem pertanian yang merupakan koreksi terhadap paradigma sebelumnya. Dimana paradigma sebelumnya menekankan pada hasil yang sebesar-besarnya dengan menggunakan bahan kimia sebanyak-banyaknya. Maka paradigma baru mulai memikirkan cara bagaimana mendapatkan hasil pertanian secara maksimal tanpa merusak lingkungan, salah satu cara untuk menggantikan sebagian atau seluruh fungsi pupuk buatan tersebut adalah dengan memanfatkan pupuk hayati Cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular.
II. Mikoriza Vesikular Arbuskular
     Kita sudah mengenal Mikoriza Vesikular Arbuskular sebagai salah satu pupuk hayati yang mampu meningkatkan serapan unsur hara makro P dalam tanah, bahkan dapat meningkatkan pula serapan terhadap unsur hara mikro seperti Cu dan Zn. Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu mycos yang berarti jamur dan rhiza yang berarti akar. Jamur mikoriza pertama kali ditemukan oleh Frank, seorang ilmuwan dari Eropa pada tahun 1885 dan diartikan sebagai root fungus (jamur akar) karena kemampuannya mengambil unsur hara seperti layaknya fungsi akar tanaman. Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) merupakan asosiasi antara cendawan tertentu dengan akar tanaman dengan membentuk jalinan interaksi yang komplek. Mikoriza dikenal dengan jamur tanah karena habitatnya berada di dalam tanah dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut sebagai jamur tanah juga biasa dikatakan sebagai jamur akar. Keistimewaan dari jamur ini adalah kemampuannya dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur hara terutama unsur hara Pospat (P). Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. infeksi ini antara lain berupa pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Dilain pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang.
      Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat dikelompokkam ke dalam tiga tipe :
1.        Ektomikoriza, merupakan jamur yang pendek, bercabang dua, dan terkadang seperti tandan yang rapat. Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur seperti pada jaringan Hartiq.
2.     Ektendomikoriza, merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antaralain  adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa dapat menginfeksi dinding sel  korteks dan juga sel-sel korteknya.
3.        Endomikoriza, Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentuk meselium yang tersusun longgar pada permukaan akar.  Jamur juga membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks. Menurut Siti dalam Wikipedia, 2011, Vesikular merupakan suatu struktur berbentuk lonjongatau bulat yang mengandung cairan lemak dan berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan atau berkembang menjadi klamidospora yang berfungsi sebagai organ reproduksi dan struktur tahan. Sedangkan yang dimaksud dengan Arbuskular adalah struktur hifa yang bercabang-cabang seperti pohon kecil yang mirip haustorium (membentuk pola dikotom) berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Endomikoriza tidak membentuk mantel yang menyelimuti akar, karena jamur ini berada di dalam korteks akar. Tipe jamur ini, adalah dengan adanya arbuskula yang berada di dalam korteks akar. Arbuskula ini digunakan untuk menyerap nutrisi yang berada di area perakaran.
Akar yang bermikoriza juga diketahui dapat menjalankan fungsinya lebih baik dalam penyerapan hara tanah dibandingkan dengan yang tak bermikoriza dan lebih sedikit kemungkinan terserang oleh patogen tertentu. Jadi simbiose mikoriza adalah bentuk yang berguna bagi ketahanan tanaman terhadap serangan patogen dan membantu tanaman untuk meningkatkan penyerapan unsur hara. Hampir semua tanaman yang berguna bagi manusia bersimbiose dengan jamur mikoriza dimana akarnya terinfeksi cendawan mikoriza. Gramineae dan Leguminosa umumnya bermikoriza. Jagung merupakan contoh tanaman yang terinfeksi hebat oleh mikoriza. Tanaman perkebunan yang telah dilaporkan akarnya terinfeksi mikoriza adalah tebu, teh, tembakau, palem, kopi, karet, kapas, jeruk, kakao. Sebagian besar tanaman tahunan tidak dapat bertahan hidup lama secara dinamis bila tidak bersimbiose dengan jamur mikoriza karena dalam hal ini peranan mikoriza sebagai kontrol biologi dalam ekosistem terrestrial (Ridiah, 2010).

III. Manfaat Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)
        Beberapa manfaat yang dapat diperoleh tanaman inang dari adanya asosiasi mikoriza adalah sebagai berikut (Rahayu dan Akbar, 2003) :
·      Meningkatkan Penyerapan Unsur Hara
                        Tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dari pada yang tidak bermikoriza, dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur hara mikro. Selain itu akar tanaman yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia untuk tanaman (Serrano, 1985 dalam Suhardi, 1992 dalam Rahayu dan Akbar, 2003). De la Cruz (1981) dalam Atmaja (2001) dalam Rahayu dan Akbar, 2003 melaporkan lebih banyak lagi unsur hara yang serapannya meningkat dari adanya mikoriza. Unsur hara yang meningkat penyerapannya adalah N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn dan Zn. Hubungan antara MVA dengan organisme tanah tidak bias diabaikan, karena secara bersama-sama keduanya membantu pertumbuhan tanaman.
·      Tahan Terhadap Serangan Patogen
                        Mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen akar. Mekanisme perlindungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Adanya lapisan hifa (mantel) dapat berfungsi sebagai pelindung fisik untuk masuknya patogen
2.      Mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehinga tidak cocok bagi patogen.
3.      Fungi mikoriza dapat melepaskan antibiotik yang dapat menghambat perkembangan patogen.
            Menurut Ridiah, 2010, terbungkusnya permukaan akar oleh mikoriza menyebabkan akar terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akar terhambat. Mikoriza menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi patogen. Dilain pihak, cendawan mikoriza ada yang dapat melepaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen.
                    Demikian pula mikoriza telah dilaporkan dapat mengurangi serangan nematoda. Jika terhadap jasad renik berguna, MVA memberikan sumbangan yang menguntungkan, sebaliknya terhadap jasad renik penyebab penyakit MVA justru berperan sebagai pengendali hayati yang aktif terutama terhadap serangan patogen akar. Interaksi sebenarnya antara MVA, patogen akar, dan inang cukup kompleks dan kemampuan MVA dalam melindungi tanaman terhadap serangan patogen tergantung spesies, atau strain cendawan MVA dan tanaman yang terserang
·      Memperbaiki Struktur Tanah dan Tidak Mencemari Lingkungan
                 Fungi mikoriza yang berasosiasi dengan akar berperan dalam konservasi tanah, hifa tersebut sebagai kontributor untuk menstabilkan pembentukan struktur agregat tanah dengan cara mengikat agregat-agregat tanah dan bahan organik tanah Mikoriza dapat meningkatkan struktur tanah dengan menyelimuti butir-butir tanah. Stabilitas agregat meningkat dengan adanya gel polysakarida yang dihasilkan cendawan pembentuk mikoriza., karena bukan merupakan bahan kimia pupuk ini tidak mencemari lingkungan.


·      Mikoriza dapat Memproduksi Hormon dan Zat Pengatur Tumbuh
Fungi mikoriza dapat memberikan hormon seperti auxin, sitokinin, giberellin, juga zat pengatur tumbuh seperti vitamin kepada inangnya.
·   Manfaat Tambahan
                        Penggunaan inokulum yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan pupuk. Sebagai contoh mikoriza dapat menggantikan kira-kira 50% kebutuhan fosfor, 40% kebutuhan nitrogen, dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman lamtoro. Penggunaan mikoriza lebih menarik ditinjau dari segi ekologi karena aman dipakai, tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Bila mikoriza tertentu telah berkembang dengan baik di suatu tanah, maka manfaatnya akan diperoleh untuk selamanya. Mikoriza juga membantu tanaman untuk beradaptasi pada pH yang rendah. Demikian pula  vigor tanaman bermikoriza yang baru dipindahkan ke lapang lebih baik dari yang tanpa mikoriza. Mikoriza selain dari segi fisik dengan adanya hifa eksternal mikoriza banyak mengandung logam berat, dan daerah tambang memberikan harapan tersendiri untuk digunakan pada proyek rehabilitasi/reklamasi daerah bekas tambang.

IV. Cara Aplikasi Mikoriza Vesikular Arbuskular
                                Pupuk mikoriza umumnya berupa spora dan potongan akar yang terinfeksi jamur dan dicampur dengan zeolit  sebagai media pembawa. Penggunaan mikoriza efektif digunakan pada saat tanaman masih di persemaian, di mana akarnya belum mengalami penebalan. Pada kondisi seperti ini peluang mikoriza akan lebih besar untuk menginfeksi akar tanaman. Pemberian mikoriza diberikan dengan cara menaburkannya pada lubang sebelum penanaman, menempelkan pupuk/akar terinfeksi pada akar tanaman muda atau mencampur mikoriza pada tanah untuk pembibitan tanaman. Karena mikoriza merupakan mahluk hidup maka sejak berasosiasi dengan akar tanaman akan terus berkembang dan selama itu pula berfungsi membantu tanaman dalam peningkatan penyerapan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sampai dewasa (Novriani dan Madjid, 2011).
                        Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji akan mendukung pula untuk perkecambahan spora mikoriza. Jamur mikoriza mempenetrasi epidermis akar melalui tekanan mekanis dan aktivitas enzim dan selanjutnya tumbuh menuju korteks. Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa eksternal berfungsi mendukung fungsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara lainnya ke dalam spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman.
                        Suhu yang relatif tinggi dapat meningkatkan aktivitas mikoriza. Pada daerah tropika basah seperti Indonesia, hal ini menguntungkan. Suhu optimum untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Pada umumnya infeksi oleh cendawan mikoriza meningkat dengan naiknya suhu. Suhu yang tinggi pada siang hari (35°C) tidak menghambat perkembangan dan aktivitas fisiologis mikoriza. Peran mikoriza hanya menurun pada suhu di atas 40°C. Jadi, suhu bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktivitas mikoriza. Justru sebaliknya, suhu yang sangat tinggi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang (Kurnianto,2009).
   
DAFTAR PUSTAKA

Novriani dan Madjid, 2011, Peran dan Prospek Mikoriza, dikutip dari :          http://st283671.sitekno.com/article/13157/peran-dan-prospek-mikoriza.html, pada   tanggal 11 April 2011.
 
Ridiah, 2010, Ada Apa Dengan Mikoriza…???, dikutip dari :          http://ridiah.wordpress.com/2010/01/14/ada-apa-dengan-mikoriza%E2%80%A6-  mikoriza-part-1, pada tanggal 14 April 2011.
 
Mundirun Kurnianto, 2011, Mikoriza Pupuk Hayati Super, dikutip dari :

Rahayu, Novi., dan Ade Kusuma Akbar. 2003, Pemanfaatan Mikoriza dan Bahan Organik           Dalam Rangka Reklamasi Lahan Pasca Penambangan, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak, dikutip tanggal 20 April 2011.

Siti Kabirun dalam Wikipedia, 2011, Mikoriza, dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Mikoriza, pada tanggal 20 April 2011.
Last Updated ( Tuesday, 07 June 2011 10:50 )
BALAI BESAR PERBENIHAN & PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN - KEMENTERIAN PERTANIAN
Jl. Raya Mojoagung No. 52 Jombang Jawa Timur (Telp/Fax. 0321-496430)

Jumat, 15 Juni 2012

Burung Hantu Tyto alba Terbukiti Efektif Mengendalikan Hama Tikus


Hama tikus sulit untuk dikendalikan,karena pengendalian tikus pada umumnya dilakukan petani secara individu, tidak serempak dan tidak secara bersama-sama dalam satu hamparan/wilayah. Petani dalam mengendalikan hama tikus sering terlambat, bila sudah terjadi serangan hama tikus baru dilakukan pengendalian hama tikus.

Tikus mampu beradaptasi terhadap berbagai kondisi alam lingkungan (iklim, topografi, dan vegetasi).  Tikus termasuk binatang yang sangat aktif, cerdik dan berumur relatif panjang. Habitat hidup tikus tidak menetap karena selalu berimigrasi dari suatu tempat ke tempat lain sesuai dengan ketersediaan bahan pangan.

Ketika lahan sedang bero atau pada saat pengolahan tanah, tikus akan segera berpindah ke tempat lain yang tersedia bahan pangan untuknya.  Di tempat yang baru, tikus tersebut akan segera menyesuaikan diri dan membangun tempat tinggal. Tikus membuat sarang di pematang-pematang, di semak-semak atau di pekarangan.

Perkembangan tikus secara umum mencapai puncaknya, pada saat makanan tersedia penuh, misalnya tersedianya bulir padi sampai masa panen.
  
Upaya pengendalian dengan berbagai cara harus dilakukan karena habitat tikus yang komplek. Selain itu pengendalian tikus harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.  Proses reproduksi dan sifat serangan tikus yang relatif sangat cepat, perlu upaya pengendalian dengan sistim terpadu. Dengan sistim ini diharapkan populasi tikus dapat ditekan.

Salah satu komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah pemanfaatan musuh alami dengan Burung Hantu Tyto alba. Burung predator tikus Tyto alba terbukti efektif mengendalikan hama tikus.
 
Upaya mengembangkan burung Hantu Tyto alba sebagai predator tikus, yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah, membuahkan hasil yang mengembirakan. Usaha penangkaran dan pengembangan Burung hantu tersebut dirasakan manfaatnya oleh petani di desa Tlogoweru beserta desa-desa di sekitar desa Tlogoweru.

Penangkaran dan pengembangan burung hantu sepesies Tyto alba ,  dilakukan oleh masyarakat desa Tlogoweru  sejak bulan Mei tahun 2011. Enam bulan kemudian tikus sudah terkendali, petani yang menanam jagung dan padi sekitar kawasan Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur sudah merasakan hasil dari penangkaran burung hantu Tyto alba tersebut.

Lahan pertanian di sekitar desa Tlogoweru terjaga dari serangan hama tikus. Kerusakan yang diakibatkan oleh OPT tikus di desa Tlogoweru kurang dari 10 % setelah menggunakan predator tikus ( Burung Tyto alba )  , sedangkan sebelumnya kerusakan yang di akibatkan serangan hama tikus lebih dari 25 %. Hasil panen bisa optimal. Panen jagung pada MT III 2011, panen padi pada MT I tahun 2012, panen padi pada  MT II tahun 2012 kerusakannya kurang dari 10 % . Hasil panen bisa berlimpah dan optimal.  Tidak hanya desa Tlogoweru namun desa-desa di sekitar desa Tlogoweru juga hasil panennya optimal. Begitu juga desa-desa yang lain yang ada burung Hantu Tyto alba.

Hasil pengamatan Tim Tyto alba Desa Tlogoweru, kawasan di luar desa Tlogoweru yang tidak ada burung Hantu Tyto alba kerusakannya diatas 40 % .  Pada  MT II tahun ini tanaman padi yang berada di radius lebih dari 3 Km dari desa Tlogoweru kerusakannya antara 25 % sampai 40 % , itu pun sudah menggunakan berbagai cara dan usaha untuk mengendalikan hama tikus.
 








Gambar anak-anak sedang memperhatikan Burung Tyto alba , burung hantu pemangsa tikus. Lokasi di Alun-alon Masjid Agung Demak.

Rabu, 06 Juni 2012

Tyto alba bird friendly.

Children are not afraid anymore with bird Tyto alba. Tyto alba javanica birds developed in Tlogoweru village Guntur Demak district of Central Java province, Indonesia. It was developed to suppress pest populations of mice. Tyto alba birds evektif proven mouse controlling pests naturally. Tyto alba Agensia biodiversity as predators of rats, which are environmentally friendly, sustainable, efficient, friendly, and evisien. The success of the Tlogoweru village of controlling pests mice make a lot of people learn about bird Tyto alba.

Selasa, 05 Juni 2012

Burung Tyto Alba Yang Bersahabat

Anak-anak tidak takut lagi dengan burung Tyto alba. Burung Tyto alba javanica dikembangkan di Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah. Burung tersebut dikembangkan  guna menekan populasi hama tikus. Burung Tyto alba terbukti paling evektif mengendalikan hama tikus secara alami. Agensia hayati Tyto alba sebagai predator tikus, yang ramah lingkungan, bersahabat,  berkelanjutan , hemat , dan evisien. Keberhasilan Desa Tlogoweru dalam mengendalikan hama tikus membuat banyak orang  belajar mengenai burung Tyto alba.