Minggu, 20 April 2014

Penelitian Agensia Hayati Ulet Wangwung (Oryctes rhinoceros ) dengan Nematoda




Tlogoweru 12 April 2014 , Tiga mahasiswa Fakultas Biologi Unes Semarang, meneliti dan mengembangkan pengendalian ulet wangwung (Oryctes rhinoceros) dengan agensia hayati nematoda. Penelitian tersebut bekerja sama antara kelompok tani , PPAH (Pusat Pengembanagan Agensia Hayati) Desa Tlogoweru , Unes Semarang dan Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah. Rencananya hasil penelitian dari Unes tersebut akan diterapkan untuk penanggulangan hama wangwung  (Oryctes rhinoceros) pada perkebunan tanaman pohon kelapa kopyor di Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah.
Di Jawa Tengah tanaman kelapa termasuk komoditas yang potensial, semua kabupaten berpotensi dengan komoditas ini terutama pada daerah pantai yang banyak ditanam/ diusahakan oleh rakyat, sebagian kecil yang diusahakan oleh Perusahaan Perkebunan. Dalam pembudidayaan tanaman ini tentunya ada kendala yang dihadapi oleh petani perkebunan yaitu serangan hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman dan mengakibatkan rendahnya produksi kelapa.
          Salah satu hama paling utama yang sering kita jumpai dan secara ekonomis merugikan yaitu Kumbang Kelapa Oryctes rhinoceros (Wangwung). Kumbang ini senang hidup pada tempat-tempat sampah, limbah kayu, timbunan kotoran ternak, tumpukan jerami, tunggul/pohon kelapa yang telah mati dsb. Tempat tersebut dijadikan sarang aktif juga tempat perkembangbiakan mulai dari telur, larva, pra pupa hingga pupa (kempompong). Kumbang dewasa (imago) dapat menyerang semua jenis tanaman kelapa seperti kelapa dalam, kelapa genjah, maupun hibrida. Sampai Saat ini belum ada tanaman kelapa yang tahan serangan hama ini.
Tiga mahasiswa Unes Semarang yaitu mbak Masitoh, mbak Indah dan mbak Vita Marinda mencari informasi mengenai ulet wangwung, dan hormon feromon pada wangwung  di Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, dengan nara sumbernya yaitu Bapak Supadi dan Bapak Pujoarto. Beliau sebagai pengelola PPAH ( Pusat Pengembangan Agensia Hayati ) Desa Tlogoweru. dan kedua beliau tersebut adalah ketua kelompok tani di Desa Tlogoweru juga sebagai  penyuluh swadaya mengenai hama dan penyakit tanaman pangan.
          Sambil duduk-duduk santai Pak Pujoarto dan Pak Supadi menjelaskan mengenai wangwung dengan sekali-kali diselingi gurauan. Menurut beliau berdua tanda-tanda serangan hama wangwung itu dimulai dari daun yang terserang Oryctes sp nampak seakan-akan tergunting, akan lebih jelas terlihat sesudah pelepah daun terbuka dan bentuk guntingan membentuk huruf V, hal ini merupakan ciri khas dari serangan kumbang ini. Stadia yang membahayakan adalah pada stadia dewasa (kumbang).
         Kumbang dewasa akan terbang keatas menuju bagian tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas tajuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat atau kelima merupakan tempat masuk yang paling disukai.
          Wangwung  (Oryctes rhinoceros) dewasa merusak bagian pucuk pelepah daun kelapa, sedangkan larva sampai pupa hidup pada tempat sarang timbunan kotoran hewan, sampah, jerami, tunggul kelapa batang kelapa yang mati sehingga tidak berpotensi merusak tanaman kelapa.
       Menurut Pak Supadi ketua kelompok tani di Desa Tlogoweru Demak,  Biologi dan Morpologi wangwung dalam perkembangbiakan kumbang ini melalui 4 stadia, yaitu : 
   1.    Telur
     Bentuk lonjong, warna putih dan diliputi oleh butiran tanah. Panjang 3-3,5 mm, lebar 2 mm. Menjelang menetas panjangnya ± 4 mm lebar ± 3 mm, bagian kepala berwarna coklat stadium telur lamanya 11-13 hari. 
          2.    Larva
     Yang baru menetas berwarna putih bagian kepala merah kecoklatan panjang 7-8 mm, sudah dewasa panjang 60-105 mm, lebar 25 mm, bentuk badan membengkak ujung perut (abdomen) membentuk kantong badan larva ditumbuhi rambut-rambut pendek. Larva membutuhkan waktu antara 2-4 bulan untuk menjadi pupa. 
          3.    Pupa (kepompong)
            Berwarna coklat panjang 45-50 mm lebar 22 mm. Bakal alat mulut, bakal sayap, dan bakal tungkai terlihat jelas. Pada bagian kepala juga nampak culanya. Kepompong terdapat dalam kokon yang terbuat dari tanah. Lama stadium pupa 19-21 hari. Kumbang yang baru terbentuk tidak segera keluar, tapi masih terlindung dalam kokon selama 14-28 hari.
          4.    Imago
            Berwarna hitam, bagian bawah berwarna coklat kemerahan panjang 4-5 cm dan lebar 2-2,5 cm. Kumbang jantang bercula lebih panjang dari yang betina sekitar ekor tidak berambut atau gundul. Ciri khas kumbang betina sekitar ekor berambut lebat. Kumbang mencari makan terbang kepucuk pohon kelapa dan terjadi perkewaninan, sedangkan kalau mau bertelur kebawah menuju sampah, limbah atau kotoran hewan. Waktu terbang biasanya sekitar jam 18.00 - 19.00, kumbang juga tertarik pada cahaya dan tidak terbang jauh, maka memilih sampah yang terdekat. Umur kumbang sekitar 4-4,5 bulan, yang betina mulai bertelur pada umur 20-62 hari setelah meninggalkan kokon jumlah telur mencapai 70-80 butir.